Senin, 11 Juni 2012

Surabaya penuh harap . . .


Akhirnya pagi hari tanggal 31 Mei 2012 aku bertolak dari Yogyakarta menuju ke Surabaya dengan kereta bersama Dek Nid, Dek Tik dan Dek Fa jam 07.00 pagi . . .sampai di IAIN Surabaya tanggal 31 Mei 2012 sore harinya.

Sampai di Surabaya,  kami langsung menuju IAIN mencari informasi, info dari Pihak Kemahasiswaan Rektorat mengatakan bahwa pemberkasan akan dilakukan tanggal 2 Juni sebelum ujian, namun karena kami belum melihat pengumuman resmi secara tertulisnya, kami memutuskan esok pagi untuk kembali kesana. Waktu ashar tiba. Kami menjama’ shalat zhuhur dan ashar, selanjutnya pergi ke kantin mencari minuman panas agar nggak masuk angin karena seharian belum makan, apalagi Dek Nid, sarapan pagi pun tidak.

Kuajak adek-adek mencari makan, mereka nggak mau, aku hanya khawatir kalau-kalau diantara mereka ada yang masuk angin, akhirnya hanya Dek Nid yang mau kuajak makan soto lamongan yang ditaburi koya. Alhamdulillah Dek Nid senang sekali, dia bilang “Sotonya enak sekali”. Aku senang sekali melihat dia sangat nikmat makannya . . .

Usai makan kami berencana mencari alamat temanku, meski temanku sudah mengatakan untuk menunggu saja di masjid IAIN nanti akan beliau jemput, karena beliau ada studi banding di daerah sepanjang sampai waktu magrib. Tapi, ya begitulah kami, nekat mencari alamatnya, alhasil, kami salah arah, justru berjalan kearah yang berlawanan menjauhi alamat kos temanku. Akhirnya kami bertanya kepada orang yang kami temui, dan diminta balik ke arah tadi, padahal adek-adek sudah lemes, apalagi Dek Fa yg masuk angin tampak mukanya lemes banget dan tidak bersemangat. Tapi, Dek Nid bangkit dan mengatakan, ayo! Dia berjalan paling depan, dan kuikuti sembari berbisik padanya:”Ayo dek, teman-temannya disemangati!”

Sampai di depan gerbang  IAIN lagi, mereka bertiga sudah mendahuluiku di depan sedangkan aku berhenti membaca dan membalas SMS temanku. Kupanggil mereka bertiga:”Dek…sini! Kita tunggu di masjid IAIN saja sekalian shalat maghrib, katanya kosnya dia jauh, nanti dijemput, kata temenku :”kasian temen2nya Mb Din. hehe…”

Akhirnya kami sholat maghrib dan isya’ di masjid IAIN, sambil nunggu temanku, namanya Mbak Un untuk jemput. Lama tak kunjung datang juga rupanya. Akhirnya datang sms, “Afwan kunci ana hilang…” ta’balas: “gpp santai aja, kami baru leyeh2 (istirahat) di serambi masjid.”

Ba’da isya’ datanglah Mbak Un, dikala kami sudah kaya’ dendeng di serambi masjid akhwat, rasane malu banget…tapi seneng banget, ketemu temen lama yang baru dua kali bertemu, tetapi serasa sudah seperti saudara.

Akhirnya kami dibonceng bolak-balik naik motor, dan benarlah rupanya kosnya jauh nian kalau harus jalan kaki, pun berkelok-kelok, kalaupun tadi kami nekat nyari sendiri belum tentu akan sampai.

Sampai di kos, Alhamdulillah…Mbak Un menyambut kami dg sangat baik, dibelikannya makan malam dan air minum tentu saja. Dan malam pertama di Surabaya kami  tidur ber-5 dikamar ukuran 3x3 bareng temen sekamarnya Mbak Un, sedangkan Mbak Un sendiri dijemput zauj-nya pulang ke Daerah Sepanjang. Hehehe. Surabaya sangat panas, ditambah lagi dengan sekamar berlima, subhaanallah….kami nampak seperti dendeng kepanasan, dan sepanjang malam dua buah kipas angin menyala terus, dan inilah yg menyebabkan Dek Nid di pagi harinya masuk angin.


1 juni 2012, kami kembali ke IAIN dan benarlah bahwa pemberkasan diundur tanggal 2juni, dan kali ini pengumuman tertulis secara resmi. Kami menghabiskan hari itu untuk tasmi’, muroja’ah dan belajar, sore harinya kembali ke IAIN untuk melihat kursi ujian.

2 juni 2012 Pengumpulan berkas, Test tertulis dan Tes lisan
Pagi-pagi sekali kuantar Dek Fa ke IAIN pukul 05.30 dengan sepeda motor Mbak Un yang sengaja disiapkan untuk keperluan transportasi kami selama di Surabaya, jam 06.00 menjemput Dek Tik, dan jam 06.30 menjemput Dek Nid. Pukul 07.00 kami semua sudah berkumpul di IAIN, tapi 1,5 jam perjalanan bolak-balik antar-jemput mereka membuatku rasanya lemes banget. Ditambah Dek Nid yg masuk angin. Pagi itu kami mengumpulkan map berkas ijazah, hatiku sangat berdebar, awal-awal berkas adek-adek diperiksa, Qodarullah pas sampai map-ku, ibu petugas tak memeriksanya, aku langsung masuk melihat kursiku. 

Dek Nid terlihat tak sehat, jadi masih ada waktu untuk mencari air panas. Akhirnya aku dan Dek Nid ke kantin, kuminta dia untuk memesan minuman panas untuk mengurangi masuk anginnya, atau teh panas untuk sumber tenaganya. Disaat berdua bareng Dek Nid itulah, perasaanu jadi campur aduk semakin tak menentu . . . ada rasa takut, sedih, harap, cemas, senang , jadi satu. Aku mau ikut tes ini, serasa tak mampu kubayangkan sekarang aku sudah ada di tempat ini, bukankah yg sejak kecil kualami adalah tes untuk sekolah ke tempat2 umum?

 Hatiku sangat berat membayangkan tes lisan ditanya tentang tanggal lahirnya . . , alhamdulillah tiba SMS dari ustadzah Erina, ustadzahku di Ma’had Ali mengingatkanku tentang doa ini (yang saat itu aku benar2 lupa akan doa itu): ALLAHUmma laa sahla illaa maa ja’altahu sahla waanta taj’alul hazna idzaa syi’ta sahlaa… yg dulu ustadz-ku selalu mengajariku tentang doa itu berulang-ulang setiap kami akan memulai mengaji.

Saat itu pula semakin rasanya hatiku sesak, mau nangis, tapi malu sama Dek Nid. Kubilang: “Dek saya pengin nangis..” kata Dek Nid:”Ya udah mb, kalau pengin nangis, nangis aja…”  Benarlah aku nangis di depannya dan Dek Nid mendiamkanku, mempersilakanku untuk menangis…

Sampai akhirnya datang SMS Dek Fa dan Dek Tik memberitahukan agar kami segera kembali karena ujian akan dimulai setengah jam lagi. Beberapa saat kemudian, kami masih menyempatkan untuk belajar di kantin membahas tentang “haji”. Dek Nid menjelaskan kepadaku hingga usai ringkasan Bab Haji, kemudian kami beranjak menuju ruang ujian.

Tes tulis dimulai pukul 09.00 berkali-kali kuucapkan doa agar ALLAH memudahkanku dalam ujian ini. Ujian tulis terdiri atas Ujian Hafalan Qur’an Juz 1 dan 2, Qiro’ah, Tsaqofah, Nahwu Sharaf, Fiqh, Aqidah, dan Insya’ satu halaman kertas HVS. Pukul 10.30 temen2 sudah banyak yang selesai dan keluar dari ruang ujian, sebenarnya aku juga sudah selesai, tapi aku ingin benar-benar menggunakan waktu ini hingga –intahaa al waqt- untuk meneliti, dan membaca jawabanku lagi. Pukul 11.00 baru kukumpulkan dan sepertinya aku termasuk dua peserta paling akhir yang mengumpulkan.

Dek Nid datang dan mengatakan bahwa dia sudah tes lisan, dan aku harus segera mengumpulkan kartu ujian di panitia tes lisan di Gedung Rektorat karena antriannya sudah sangat panjang. Akhirnya, aku mengumpulkan hasil ujian tulisku dan Dek Nid duluan mengumpulkan kartu ujianku ke panitia ujian lisan. Setelah itu, aku menyusulnya dan ternyata . . .Subhaanallah antriannya panjang sekali dan bayak sekali orang-orang mengantri di gedung rektorat untuk ujian lisan. Sembari mengantri kami gunakan untuk latihan berbicara, menjelaskan suatu tema dan muroja’ah  hafalan Qur’an.

Waktu zhuhur tiba, akhirnya kami berempat pergi dulu ke masjid karena antrian masih sangat panjang, kemudian kembali ke rektorat untuk mengantri dipanggil, disitu aku banyak-banyak berdoa dan banyak-banyak muroja’ah hafalan.

Test lisan, terdiri dari wawancara dan Tes Hafalan Al-Qur’an, sungguh aku merasakan pertolongan ALLAH sangat membersamaiku….begitu saja lancar mengalir aku menjawab test lisan dan test Al-Qur’an yg diacak, padahal sebelumnya muroja’ah ke Dek Tik, setoran ke Usth. My, atau membaca sebelum tes belum tentu se-lancar itu, tapi nggak tau kenapa, justru ketika di depan penguji lancar sekali. Subhaanallah, semuanya adalah pertolongan ALLAH . . .meskipun menegangkan, tapi begitu keluar serasa lega tiada tara . . .

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------


3 juni 2012 kembali ke Jogja …Pagi-pagi selesai shalat shubuh Mbak Un mengantar kami bolak-balik empat kali dengan motornya dari kos ke stasiun. Semalam beliau sengaja tidur bareng kami karena paginya ingin mengantarkan kami. Alhasil, satu kamar 3x3m diisi 6 orang. Hehe seperti dendeng kepanasan yang berjajar. Meskipun aku merasa di dalam sangat panas, hingga aku menghidupkan kipas angin malam hari, sudah ada satu kipas angin yang menyala, kuhidupkan satu kipas angin lainnya (Sebenarnya nggak baik katany tidur dengan kipas angin, tapi Surabaya panas sekali, dan panas malam itu melebihi ketika aku tidur di kos di Jakarta Selatan dulu...),  ternyata Dek Nid kedinginan, padahal Surabaya panas sekali, sekalipun malam hari. Hmm . . . berarti dia benar-benar masuk angin.

Ketika Dek Nid tidur, tangan Dek Nid tak peluk, hatiku berkata bahwa aku sayang padanya, rasanya sejak saat itu Dek Nid pengin ta’anggap adekku, aku ingin menjaganya. Jika nanti ALLAH taqdirkan aku bisa berangkat bareng Dek Nid, aku ingin menjaga dia disana. insyaaALLAH.

Pukul 06.30 alhamdulillah kami semua sudah sampai di stasiun, Alhamdulillah sempat ketemu Mbak  Ul setengah jam sebelum kereta api bertolak dari stasiun Surabaya, mengobati rasa penasaranku selama ini terhadap Mbak Ul. Mbak Ul dan Mbak Un mengantarkan kepergian kami. Sedih sekali sewaktu perpisahan tiba. 

Kereta bertolak pukul 06.15 aku melihat ada bekas air di mata Mbak Un, aku juga merasa kalau ternyata mulai saat itu hati kami terikat. Di kereta aku sempat ambil tempat duduk sendiri yang tidak bareng Dek Nid, dkk agar mereka tak tahu kalau aku nangis, tapi ternyata Dek Tik datang menghampiriku dan mengajak aku duduk bareng mereka. Masih sedikit sedih, tapi buru-buru kuhapus beningan di mataku, dan kembali pada mereka. Sampai jumpa Surabaya, Mbak Ul, Mbak Un, Mb shofia (teman sekamar Mbak Un), Jazaakunnallahu khairan atas segala bantuan antunna, semoga ALLAH membalas dengan yang lebih baik dan semoga suatu saat nanti kita bisa berjumpa lagi, menjadi saudara di dunia dan bertemu di surga-Nya kelak. aamiin.

“Persaudaraan sejati itu tidak dilihat dari lamanya pertemuan, namun dari ingatan seseorang terhadap saudaranya di dalam doanya …..” (perkataan salah seorang ulama)

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Teruntuk ustaadzaty alhanuunah . . .Jazaakillahu khairan atas segala bantuan, perhatian dan atas segala do'a. Kami sudah melakukan apa yang menjadi bagian kami, selanjutnya Biarlah ALLAH melakukan apa yang menjadi bagian-NYA . . .

 . . . Seindah apapun rencana kita, jauh lebih indah rencana ALLAH untuk kita . ..

 . . .Biarlah  ALLAH yang menentukan ke arah mana sampan cintaku ini akan mengalir dan biarlah ALLAH yang akan mengisi seberapa besar bejana cinta di hati ini akan terisi . . .

……..di gelap yg deras, shelter huntara Merapi, 07 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Ya ALLAH . . .berilah aku sebuah hati yang sungguh mencintai-MU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-MU, bukan mencintainya sekedar cintaku . . .