Sabtu, 06 April 2013

Kekuatan doa Ibu . . .

Subhaanallah . . . sesuatu yg sungguh baru2 ini sy rasakan...

Ada seorang teman sama2 S2 yang kemarin ingin mengulang S2 dari awal hanya karena ingin mendapatkan beasiswa seperti beasiswa saya, karena dia memandang orang yg mendapat beasiswa seperti beasiswa saya  terjamin setelah itu juga ditempatkan dengan baik sebagai dosen....padahal sungguh dulu saya tak pernah menginginkan ini, mendaftarpun tak sengaja karena tiba-tiba menemukan websitenya, jadi dosen? lebih jauh lagi waktu itu tak pernah terlintas dalam benak saya seorang akhwat menjadi dosen....dari beliaulah sekarang saya merasakan, berarti saya harus lebih bersyukur . . .

Awal saya masuk S2 adalah karena ingin berbakti kepada Ibu, karena waktu itu tidak begitu tertarik S2, hanya ayah yg menyuruh untuk mendaftar . .dan ibu sangat berharap saya diterima S2 dan beasiswa saya diterima, padahal Bahasa inggris saya saat Tes TOEFL lemah dan saya juga belum pernah mengikuti tes PAPs dan Tes TOEFL, selain itu, waktu itu saya lebih fokus bekerja keras mempersiapkan ujian tes ke Univ.Al-Azhar Mesir, jadi tidak begitu mempersiapkan tes di UGM...

Subhanallah ... karena dahsaytnya doa Ibu, dan ortu saya memang lebih merestui saya kuliah di UGM, akhirnya saya lolos Tes S2 UGM dan mendapatkan Beasiswa Unggulan . . .  

Akhirnya saya memtuskan untuk S2 di UGM sebagai bakti saya pada Ibu, sekarang benar-benar merasakan,  ALLAH lebih memudahkan segala urusanku, menganugerahkan rizki berlimpah, mudah dalam belajar, mau apa saja didukung oleh ayah-ibu (padahal dulu mau apa saja aja harus sembunyi2, sekarang sebaliknya, mau setor tahfizh, reaksi ayah ibu sangat mendukung), rasanya mau apa saja jadi lebih ringan . . .

Benarlah Dahsyatnya Ridho dan Doa Ibu  . . .

Jika hidup tanpa keridhoan mereka...segalanya jadi terasa sempit, sebaliknya, hidup dengan keridhoan mereka, segalanya dimudahkan ALLAH dan hidup rasanya jadi lebih ringan . . . .

Kekuatan Doa Ibu memang Dahsyat . . .

Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah kewajibannya kepada Allah l dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya:
“Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua.” (An-Nisa’: 36)

dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Mas’ud z, beliau berkata:
سَأَلْتُ النَّبِيَّ n: أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ؟ قَالَ: الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ. قَالَ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ
Aku bertanya kepada Nabi n, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah l?” Beliau n menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Nabi  menjawab, “Berbakti kepada orangtua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau n menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : جئْتُ أبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ، وَتَرَكْتُ أَبَوَيَّ يَبْكِيَانِ، فَقَالَ : ((اِرْخِعْ عَلَيْهِمَا؛ فَأَضْحِكْهُمَا كَمَا أَبْكَيْتَهُمَا))
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud (no. 2528), An-Nasa-i (VII/143), Al-Baihaqi (IX/26), dan Al-Hakim (IV/152))
ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ، لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ.
“Ada tiga do’a yang dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak diragukan tentang do’a ini: (1) do’a kedua orang tua terhadap anaknya, (2) do’a musafir-orang yang sedang dalam perjalanan-, (3) do’a orang yang dizhalimin.” (Hasan : HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad (no. 32, 481/Shahiih Al-Adabil Mufrad (no. 24, 372))



وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
”Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”(Al-Ahqaaf:15)
Ya ALLAH . . .berilah aku sebuah hati yang sungguh mencintai-MU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-MU, bukan mencintainya sekedar cintaku . . .