Jumat, 27 Juli 2012

Antara Mesir, UGM dan Tahfizh . . .

          Sewaktu aku coba-coba mengirim aplikasi pendaftaran S2, awalnya hanya sekedar mencoba, ternyata aplikasi-ku diterima, beberapa detik kemudian aku mendapatkan SMS dari ustadzah Naf di Madura bahwa ada pendaftaran Mesir dan Sudan. Saat itu juga langsung kuberitau ustadzahku di Solo, ustadzahku tampak mendukungku mungkin agar aku tetap bersemangat belajar, tapi beliau juga memberikan nasihat:

"Kalau mau nyoba tes ke Sudan, Mesir, boleh-boleh saja . . .untuk ukur kemampuan, tapi, soal berangkat ke sana, perlu dipertimbangkan . . .apalagi akhwat, di negera bergolak,,yang ikhwan saja beberapa gak ada kabarnya keluarga cemas"

"antum kan sudah punya spesifikasi ilmu yang tidak dimiliki banyak orang . . .kalau potensi itu ditekuni, jadi tambah prof . . .(profesional,profesor) . . .insyaALLAH banyak maslahat untuk umat, dengan tidak meninggalkan belajar ilmu syar'i . . .kalau antum bisa segera S2, lalu S3 dan punya karya untuk umat, yang tidak bisa dilakukan yg lain subhaanallah . . ."

saat itu kukatakan kepada ustadzahku:
"uriidu an adzhab ilaa bilaadil anbiyaa' yaa ustaadzaty . . .syauqon syadiidan . . .syadiidan" (aku ingin ke negeri para nabi yaa ustadzatu . . .kerinduan yg sangat . . .sangat)

Bliau membalas:
"semoga harapan antum itu bisa menjadi kenyataan . . .siapa tau Alloh kasih antum, jodoh . .yang membawa antum kesana. . ."

Kuucapkan aamiiin , ,,aamiiin . ..aamiin ...dan jazaakillahu khairan atas setiap nasihat beliau kepadaku, aku tau setiap nasihat beliau didasarkan atas ilmu dan rasa sayangnya kepadaku. . .

Ketika tes tahap pertama di surabaya, ustadzah erina dan ustadzahku di Solo, kedua memeberikan support menanyakan kabar ujian dsb. . .disitu terasa sekali bahwa aku punya dua ustadzah yg sangat perhatian . . .
keduanya mendoakan untuk kesuksesan kami  . . .

ketika aku lolos tes tahap pertama keduanya juga mendukung kami, meski aku tau ada kekhawatiran dibalik dukungan ustadzahku yg di Solo untukku ketika aku meminta do'a agar dimudahkan dalam tes tahap berikutnya.

Kata beliau: "Masih tes lagi kan? ma'annajah!" bahkan ketika aku sudah sampai di Jakarta untuk tes tahap kedua, ustadzahku yg di Solo masih mendoakan dan mengucapkan ma'annajah untuk kesuksesanku dibalik setiap rasa kekahawatirannya kepadaku. Sedangkan ustadzah erina beliau sepenuh hari mendukung mimpiku ini 100% bahkan mungkin 1000%, beliau bahkan pernah bilang: nahnu (ustadzat) siap membantu jika diperlukan.


Beberapa waktu kemudian, keluar pengumuman ternyata aku lolos tes tahap 2 universitas Al-Azhar Kairo Mesir dan aku berhak mendaftar ulang untuk melanjutkan kesana, awalnya aku memutuskan untuk tidak berangkat. Ku SMS ustadzahku yg di Solo:

"Din, Nid, dan Fa lulus Mesir. tapi dian gak jadi diambil"

Ustadzahku membalas: kenapa gak jadi diambil, apa pertimbangannya?"

SMSku: "Sudahlah usth. Doakan saja untukku yaa ustadzah, agar Alloh memberikan jalan terbaik untukku untuk kehidupanku kedepan. Aku sangat memohon kepadamu, tolong doakan aku." Aku mengirim SMS itu sambil menangis.

Ustadzahku membalas: "Dulu Han juga ketrima al-azhar gak diambil, terus sekarang ketrima di LIPA".

Beberapa hari kemudian, aku cerita ke kakak kalau aku lolos Mesir tapi gak jadi ambil karena pesawat, dll bayar sendiri, tapi kakak malah nyuruh tetep diambil, kakak bersedia membiayai. Gratis pendidikannya dan peluang beasiswa di dapatkan ketika telah sampai di Mesir, sedangkan segala urusan tiket pesawat, visa, fiskal, dll biaya sendiri.  Tapi, sebuah pergolakan batin besar terjadi dalam diriku, berkali-kali aku istikharah.

Ku SMS ustadzahku:"InsyaALLAH Din jadi ke Mesir, kemarin gak jadi ambil karena non beasiswa, ternyata kakak mau bayarin tiket pesawatnya."

Malam itu, perdebatan antara aku dan ustadzahku dimulai:
SMSku: "Usth . . .sebenarnya aku masih bimbang, tapi kakak sudah mendukung untuk berangkat. Meski ibu, ayah dan adik nggak ndukung, mereka mendukungku melanjutkan S2 di Jogja.Mungkin apa yg kurasa saat ini seperti yg ustadzah rasa dulu, sekarang ana tanya knp dulu ustadzah dari UNS milih ke ma'had dan masuk LIPIA?! Bukankah antum pernah bilang kalau kita menuntut ilmu harus cari yang lebih tinggi lagi, cari yang lebih tinggi lagi? dulu Khad (temenku di Solo) pernah cerita ke ana gitu, katanya antum pernah bilang gitu waktu Khad mau masuk Ma'had Abu Bakar Ash Shidiq, antum bilang cari yang lebih tinggi lagi, cari yang lebih tinggi lagi, mungkin maksud antum LIPIA. antum bilang kalau ke Abu Bakar gak papa tapi ya tetep aja beda, ana juga, sekolah di Indonesia nggak papa tapi tetep aja beda!"

SMS Ustadzahku: iya, wa fauqo kullu dzii 'ilmin 'aliim ( dan diatas tiap-tiap pemilik ilmu ada yang lebih tinggi ilmunya QS 12:76-red) tapi, Mesir bukan satu-satunya tempat.
Dulu teman2 UNS juga ada yg ke al-azhar, tapi gk minat, jauh, gak ada mahram, terus ke milih ke ma'had shighar yang adem, disana bertemu dengan anak-anak hebat, jundi anak kelas SD pulang dari yaman mahir khutbah  (dg arab-red) dan hafal qur'an, memotivasi untuk belajar lagi dan menghafal qur'an."(yang kemudian perjalanan beliau selanjutnya adalah masuk ke LIPIA)

SMSku: "Iya, Mesir memang bukan satu-satunya tempat, tapi sekarang hal itu sudah dibukakan di depan mataku. antum tau setiap hari dalam doaku aku meminta: Ya ALLAH, sampaikanlah kedua telapak kakiku ke negeri para Nabi, ke Bumi Al-Azhar, Kairo, Mesir."

SMSku: "Sekarang dian tanya:"Aku harus Bagaimana?!" (aku SMS ustadzah dengan sangat emosi)

Bisa saja Ustadzahku meninggalkan tak membalas SMSku karena aku marah-marah sama baliau, dan bisa saja belaiu acuh terserah aku mau berbuat apa, toh aku juga bukan apa-apanya, tapi disinilah aku merasakan Ustadzahku sangat sayang padaku. Beliau membalas SMS marah-marahku dengan nada yg adem atau (berusaha tetap adem?). . .

Balasan dari ustadzahku kemudian: "Pilih yang paling syar'i, paling sedikit madharatnya, paling banyak maslahatnya"
ketika aku mendapatkan ini, terasa aku mendapatkan kata2 yang sejuk mengalir membasahi rongga-rongga panas dalam dada dan kerongkonganku . . .
SMSku: "Na'am, ini jawaban yang dian cari pilih yang paling syar'i. paling sedikit madharatnya, paling banyak maslahatnya. Din ingin cinta ALLAH :-) "
"Afwan ya usth kalau tadi ada kata-kata Din yg kurang berkenan di hati ustadzah, jazakillahu khairan atas jawabannya."

Tapi, tiba2 adekku SMS: "Mbak, dimantepin aja pilihan ke kaironya. insyaALLAH, aku, mas, umi dan Bapak semuanya sudah mendukung buat mbak dian ambil ke kairo. Yang penting jangan pernah menyerah buat menuntut ilmu dan meraih mimpi."

Kukirimkan SMS itu kepada dua ustadzahku

Ustadzahku membalas: "Istikharah"

Kujawab:"Din sudah istikharah dan kan sudah Din putuskan tadi, insyaALLAH Din tetap disini :-)"

Dan malam itu Ustadzah Erina menelponku kurang lebih satu jam, mengajakku diskusi tentang keputusanku sekaligus bercerita tentang Al-Azhar dan segala isinya.

Malam itu sudah kuputuskan . . .aku tidak jadi berangkat . . .

Tapi, malam itu juga aku memutuskan bahwa aku akan melepas kedua-duanya, ku SMS kedua ustadzahku.

"Din memutuskan untuk melepas keduanya, Mesir mau dian lepas, yang UGM juga. Din pengin mempersiapkan diri aja untuk menjadi ibu bagi anak-anakku, dian pengin ngafal qur'an, menulis, belajar tentang anak2, belajar bahasa arab"

Ustadzahku membalas:"Kayaknya jangan dilepas dua2nya, sudah diusahakan dengan penuh pengorbanan (waktu, biaya, tenaga, pikiran)

Usth. Erina membalas: "Asal siap dengan konsekuensi, dianggap aneh oleh orang-orang sekitar."

Ku SMS kedua ustadzahku itu:
"Din pengin pergi ke suatu tempat yang adem, macam ma'ha tahfidz yang disitu tidak ada orang yang kenal dian sebelumnya, disitu tenang, sejuk, teduh dan khusyu'. dian pengin pergi ke tempat itu."

Ustadzahku membalas: "Kalau pengin ngafal, jangan setengah2, masuk lembaga.

Usth Erinaku membalas:"Kalau memang mau menghafal qur'an, bismillah lillahi ta'ala, bukan karena . . ."


Akhirnya aku survey ke Ma'had Tahfizh Abu Bakar, Baru datangdan duduk sudah diledekin sama Ustadzah: "Kapan berangkat?" (berangkat ke Mesir maksud beliau, beliau ngece banget ya, padahal sebelumnya di SMS aku sudah sangat jelas bilang kalau aku nggak jadi berangkat.dan aku ingin tahfizh), tapi ternyata orang tua Din tidak menyetujui Din melepas S2nya . . .

Ustadzahku pernah bilang ketika ta' ceritain SMS Usth Erina:(asal siap dengan konsekuensi, dianggap aneh oleh orang2 sekitar), Kata ustadzahku:" iya tidak setiap orang bisa (maksudnya:azhar dan UGM, ujian dua hal yg beda dalam satu waktu), Dipikir-pikir dulu, tahfizh kalau hatinya ngganjel juga nggak bisa, nggak konsen,
Nasihat ustadzahku: "Pilih yang paling membuat hati ayah-ibu ridho aja . . ."

Dan ayah ibuku ridhanya aku S2 UGM . . .

Aku sedih, karena aku sangat ingin menghafal qur'an dan waktuku memanfaatkan usia emas ini tinggal sebentar. Akhirnya aku ingat percakapanku dengan ustadzahku sewaktu dulu daftar beasiswa S2 dan Mesir:

"Usth...kalau ana gak jadi ke Mesir, aku ingin jadi ahli genetika yang hafal qur'an, mahir arab dan english."

Beliau membalas SMSku:
"gitu, boleh juga . . .seperti wakil syaikh huri yang dulu pernah berkunjung . . .kerjanya di bidang teknik, usai kerja, ngafal qur'an . . .arab-english mahir juga . . .insyaAlloh antum bisa juga . . ."

Tidak ada komentar:

Ya ALLAH . . .berilah aku sebuah hati yang sungguh mencintai-MU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-MU, bukan mencintainya sekedar cintaku . . .