Senin, 31 Januari 2011

Keluarga Inspiratif

Inspiratif : 10 bersaudara bintang Al-Qur'an

Cerita tentang 10 bersaudara ini begitu inspiratif bertutur, di tengah kesibukan orang tuanya yang supeeerrr sibuk, beliau bisa mendidik ke 10 putra-putrinya  menjadi seorang penghafal AL-QUR'AN plus-plus, plus berprestasi dalam bidang akademik di kampusnya. Putra pertamanya hafizh, masuk kampus ITB dan aktif di organisasi juga. Buku ini berbagi kisah, bagaimana menularkan semangat dan mengajarkan Al Qur’an kepada anak-anak kita (kita:memposisikan kalau sudah menjadi ibu...hehe)
Faktanya sudah sedemikian nyata
Benar-benar membuat saya malu...hehe...pernah mendengar? kalau sehari saja 1 ayat sebenarnaya kalau dikira-kira ayat dalam AL-QUR'AN ada 6.666 ayat (waktu saya SD itu yang saya ingat WALLOHU a'lam, ya setidaknya bisa jadi ilmu korologi (ilmu kira-kira) ...kata jeng riska) maka AL-Qur'an bisa kita hafal butuh waktu sekitar 18 tahun. Itu 1 ayat perhari, nah sudah berapakah sekarang usia kita? Dan sudah seberapa juz yg kita hafal???? (Sebenarnya saya sendiri malu :'( hiks....tapi semoga bisa menjadi koreksi dan  pelecut semangat buat kita). Sebenarnya menghafal Al-Quran itu dapat dilakukan oleh siapa saja, anak kampus, orang sibuk, dll tinggal mau atau tidak (btw, memang butuh meluangkan waktu, tapi ingat slogannya mb Ari: HIMMAH 'ALIYYAH! itulah kunci suksesnya.

Kesepuluh bersaudara ini tidak lahir dari keluarga yang khusus mendalami Alquran. Mereka malah lahir dari ayah yang anggota DPR, sangat sibuk, dan jarang di rumah. Lebih dari itu, ibu mereka juga ternyata pemimpin organisasi wanita besar yang memiliki cabang di 28 provinsi di Indonesia, sangat sibuk, dan sering sekali pulang-pergi ke luar negeri.
Sekali lagi, kesepuluh bersaudara ini tidak hanya menjadi bintang dalam hafalan Alquran. Bahkan mereka mampu menorehkan prestasi melangit di sekolahnya masing-masing. (Sesungguhnya ditengah keterbatasan kita itu ada kekuatan dahsyat yang bisa kita luar biasakan.....)

Kesepuluh bersaudara ini adalah:

Afzalurrahman (24th): Hafal Alquran 30 juz, Teknik Geofisika ITB, Ketua Umum Majelis Taklim Salman ITB, peraih Pertamina Youth Program.

Faris Jihady Hanifa (22th): Hafal Alquran 30 juz sejak usia 10 tahun, Fakultas Syariah LIPIA, Juara I Tahfiz Alquran Kerajaan Saudi Arabia.
Maryam Qanitat (20th): Hafal Alquran 30 juz sejak usia 16 tahun, Fakultas Dirasat Islamiyah Jurusan Hadits Al Azhar Islamic University Cairo, Lulusan Terbaik Pesantren Khusnul Khatimah.

Scientia Afifah Taibah (18th): Hafal Alquran 26 juz, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Ahmad Rasikh Ilmi (17th): Hafal Alquran 15 juz, Lulusan Terbaik SMPIT Al Kahfi.
Ismail ghulam Halim (15th): Hafal Alquran 13 juz, Santri Teladan dan Favorit serta Juara Umum SMPIT Al Kahfi.

Yusuf Zaim Hakim (14th): Hafal Alquran 9 juz, Peserta Pembinaan Pra-Olimpiade Nasional.

Muhammad Syaihul Basyir (13th): Hafal Alquran 30 juz pada saat kelas 6 SD.

Hadi Sabila Rosyad (11th): Hafal Alquran 2 juz; Juara I Lomba Membaca Puisi.

Himmaty Muyassarah (9th): Hafal Alquran 2 juz.
Bagaimana dari seorang ayah dan ibu yang supersibuk tersebut lahir sepuluh bersaudara yang mampu menjadi bintang hafalan Alquran? Inilah yang secara gamblang dibahas dalam buku ini. So, akhwat pada beli yukkk.... (btw, bukan promosi tapi memang insya ALLAH buku ini pantas untuk dibaca)

So...para ibu masa depan....(Ummahaat El-Ghad) kudu mempersiapkan dari sekarang ya . . .tentang konsep pendidikan ke depan anak-anak kita nanti ingin kita cetak seperti apa???

Wine Dwi Mandela: Mempertaruhkan Pekerjaan Demi Jilbab


Meski dalam tekanan dan kesendirian, namun dengan modal keberanian ia memperjuangkan haknya untuk berjilbab. Akhirnya, perjuangannya tak sia-sia. Allah pun membuktikan janjinya.
Waktu masih menunjukan pukul 8 pagi, saat Wine Dwi Mandela tiba di tempat kerjanya, RS Mitra Keluarga Bekasi, Jawa Barat. Sudah empat tahun, wanita yang biasa disapa Wine ini bekerja sebagai tenaga Fisioterapi. Baginya, hari itu adalah saat yang sangat membahagiakan. Pasalnya, hari itulah ia bertekad untuk menjalankan profesinya dengan tetap menggunakan jilbab.
Tentu saja ini tak seperti biasanya. Kelahiran Jakarta, 27 November 1982 ini sadar jika tempat ia bekerja ini melarang karyawatinya untuk mengenakan jilbab saat bekerja. Keluar dari loker, tempat ia biasa berganti seragam, Wine sudah mengenakan baju seragam kerja. Ditambah jilbab hitam dan manset. Kontan, penampilan Wine menyergap perhatian karyawan lain, tak terkecuali koordinator bagian Rehabilitasi Medik.
Ibu Suparmi, begitu namanya, langsung mengecam tindakan Wine dan mengingatkan kembali tentang larangan tersebut. Wine tak bergeming. Berikutnya, ia harus berhadapan dengan Menejer HRD RS Mitra Bekasi, drg Elisabet Setyodewi, MM. Kali ini ia dihadapkan pada tuntutan untuk mengajukan pengunduran diri bila tetap bertahan pada sikapnya. RS tidak ingin melakukan pemecatan, karena menurut pihak rumah sakit, semua karyawan yang ingin melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) harus membuat surat pengunduran diri. Belakangan, oleh Tim Pengacara Muslim (TPM), hal ini diduga sebagai upaya manajemen RS berkelit dari kewajiban membayar pesangon bagi karyawan yang di-PHK.
Mendapat desakan itu, akhirnya Wine bersedia membuat surat pengunduran diri dengan alasan tidak boleh menggunakan jilbab. Anehnya, alasan itu pun tak disetujui oleh pihak manajemen, karena terkesan ekstrim. Ia disarankan untuk membuat surat pengunduran diri tanpa alasan. Tentu saja Wine menolak. Tapi, pihak manajemen bersikeras. Walhasil, tanpa ada keputusan, Wine meninggalkan RS pukul 9.15 pagi setelah dipaksa menyerahkan kartu pegawai, kartu HMO (Kartu Berobat), dan kunci loker.
Bebebapa hari kemudian, RS meminta Wine untuk datang mengurus administrasi. “Saya penuhi panggilan itu sambil meminta surat pemecatan dengan alasan larangan menggunakan jilbab,”ujar Wine saat ditemui Suara Hidayatullah. Namun, permintaan itu dijawab dengan ancaman blacklist dari Elisabet Setyodewi, supaya tidak ada satu rumah sakit pun di Jakarta dan sekitarnya yang akan menerima Wine bekerja. Pertemuan ini lagi-lagi tidak membuahkan hasil.
Sepekan berlalu, datang surat panggilan I dan II yang meminta Wine untuk kembali bekerja tanpa jilbab. Sebagai seorang Muslimah sejati, tentu saja ia menolak panggilan tersebut. Hingga akhirnya datanglah surat panggilan III yang menyatakan pemecatan karena Wine dianggap mangkir dari pekerjaannya.
Proses Hukum
Merasa tak ada niat baik dari RS, Wine menempuh jalur hukum dengan dibantu oleh TPM. Selama proses hukum berjalan pun nampak pihak RS tidak sedikit pun berusaha mencapai kesepakatan yang terbaik. “Bahkan, pihak pengacara RS terkesan menakut-nakuti saya agar mundur dari kasus ini,” ungkap lulusan Akademi Fisioterapi Universitas Kristen Indonesia (UKI) ini. Tapi, tak sedikit pun ia ciut.
Ia tetap maju berjuang, membela haknya dan hak kaum Muslimah lainnya untuk mengenakan jilbab, meski tak seorang pun dari teman-teman sekerjanya yang berani memberikan kesaksian untuk proses hukum. “Awalnya mereka menyatakan dukungannya, tetapi kemudian memilih diam. Padahal mereka juga jilbaber yang bernasib sama,” ujar Wine menyesalkan.
Berbagai perundingan telah dilalui. Mulai dari Bipartit; antara kuasa hukum RS Mitra Keluarga Bekasi dengan TPM. Hingga, melibatkan Dinas Tenaga Kerja Bekasi (Tripartit). Perundingan tingkat Tripartit ini terpaksa ditempuh karena dalam tempo 30 hari tidak tercapai titik temu antara TPM dengan kuasa hukum RS. Masalah ini pun telah sampai di tangan DPRD Bekasi.
Selama proses itu, ada tawaran dari pihak RS pada Wine untuk kembali bekerja. Namun, posisi yang ditawarkan justru semakin menambah kekecewaan Wine. Ia ditawarkan untuk bekerja di salah satu perusahaaan yang masih satu grup dengan RS Mitra Keluarga, yaitu PT Estetika Interpresindo yang menyediakan kebutuhan rumah sakit dengan posisi di bagian administrasi. Ini jelas melecehkan profesionalisme Wine yang selama empat tahun menjadi tenaga fisioterapi. Di tempat ini Wine dijamin boleh mengenakan jilbab, tetapi Wine bersikeras menolak tawaran tersebut karena ia tahu, hal itu tidak berlaku pada karyawati lainnya.
Akhirnya, polemik kasus jilbab di RS Mitra Keluarga Bekasi sedikit mencair. Pihak RS menjanjikan, seluruh jaringan rumah sakit di bawah grup Mitra Keluarga akan membuat aturan yang membolehkan karyawan untuk berjilbab.
Hidayah saat Umrah
Apa yang membuat Wine tegas dengan sikapnya ini?
Awalnya, Wine yang tercatat sebagai karyawan RS Mitra Keluarga Bekasi sejak tahun 2005 ini melakukan ‘bongkar pasang’ jilbab. Berangkat dari rumah berjilbab, sampai di rumah sakit dilepas. Selama tiga tahun, meski resah kerap menghantui batinnya, ia masih bertahan dengan cara tersebut dengan pembenaran bahwa pekerjaan yang dilakukannya pun adalah bentuk ibadah.
Pertengahan April 2008, ia merasa petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) menerangi hatinya saat melakukan umrah yang dipimpin oleh Ustadz Abu Jibril. Ia ditegur oleh istri sang ustadz. Ia menanyakan kepada Wine mengapa masih bertahan dengan pekerjaan yang jelas-jelas menghalanginya menjalankan syariat Islam. “Ketika itu istri ustadz bertanya kepada saya, bagaimana bila ajal datang menjemput, sementara saya sedang dalam keadaan tidak berjilbab,” kenang Wine. Pertanyaan itulah yang menghantam kesadarannya dan membuat batinnya tak mampu lagi berkompromi dengan cara berjilbab yang telah dilakukannya selama tiga tahun belakangan.
Syukurnya, keputusan Wine menegakkan syariat Islam ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, terutama dari ormas Islam, seperti FPI dan Forum Peduli Jilbab (FPJ). Bahkan, FPJ menggelar unjuk rasa di depan RS Mitra Keluarga Bekasi dengan kekuatan 500 orang. Menyusul kemudian pernyataan Walikota Bekasi, Mochtar Mohamad yang akan memeriksa kembali izin usaha perusahaan di Kota Bekasi yang diketahui melarang karyawati atau pekerjanya menggunakan jilbab. Mochtar mengaku tidak segan mencabut izin usaha, apabila perusahaan membuat peraturan diskriminatif terhadap pekerjanya.
Meski sesekali ia masih merasakan ketakutan dan kegelisahan yang panjang. Namun, di saat itulah ia merasakan kekuatan yang begitu dahsyat datang dari Allah SWT dan keluarga hingga ia tetap berdiri menantang tekanan dan cibiran yang datang dari berbagai pihak. “Yang paling menyakitkan adalah cibiran yang datang dari sesama Muslim,” ungkapnya. Namun, ia tak ingin bernasib sama seperti seorang temannya yang memilih keluar dari RS karena berjilbab tanpa memperjuangkan haknya. Wine bertekad untuk terus berjuang melawan kezaliman itu.
Kini, ia tak sendirian lagi dalam berjuang. Allah SWT mendatangkan baginya pasangan jiwa yang telah lama dinanti. Wine mengaku, selama ini ia selalu gagal menjalin hubungan yang berlanjut pada jenjang yang lebih serius. Namun, setelah kejadian itu dan sejak memutuskan menjalankan Islam lebih serius, lalu bercadar, jodoh yang diharapkan pun datang.
Wine sangat bersyukur karena calon suaminya adalah orang yang memahami Islam dan mendukung perjuangannya. Ia merasa ini adalah hadiah dari Allah bagi orang-orang yang berjuang di jalan-Nya. *Ibnu Syafaat/ Suara Hidayatullah

Dilema seorang calon hafizhah . . .

Kubuka al-Quran miniku untuk keempat kalinya hari ini. Saat kutadaburi maknanya per kata dalam Q.S. Fushilat:44

… Katakanlah: “Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.”

“Lilladziina aamanuu: bagi orang2 mukmin… hudan: petunjuk… wa syifaa’: dan penawar / obat… ” berkali-kali kuucapkan penggalan itu. Tiba-tiba air mataku mengalir, entah mengapa. Semua kegelisahan memang sirna, semua pertanyaan fundamental hampir selalu terjawab, tapi layakkah aku dikatakan sebenar-benar mukmin, sedangkan amalku pun masih menghalangiku dalam menghapal kitab suciku ini?? Ya, belakangan ini aku sangat sulit menghapal. Bukan karena sibuk dan tak ada waktu, melainkan karena… karena… karena apa??

Ah, seorang Umar bin Khatthab menghapal al-Baqoroh selama 2 tahun, tapi kasusnya berbeda. Bukan sepertiku yang begitu sulit karena banyaknya penyakit hati, melainkan karena beliau menghapal setelah mengamalkannya. Ya Rabb, berhakkah aku…? Berhakkah aku…? Namun, aku mengharapkan kemuliaan para pemelihara al-Quran di dunia dan akhirat. Aku pun ingin memberikan kemuliaan kepada kedua orang tuaku di akhirat, sesuatu yang tidak bisa kuberikan di dunia.

Setelah itu, kubaca kalimat berikutnya masih pada ayat yang sama… dan air mata ini kembali mengalir: semakin deras. Apakah derajat pemelihara al-Quran itu cukup dengan membaca? Atau hanya menghapal? Ya Rabb, jangan Kau sumbat telingaku dan butakan penglihatanku dalam memahami ayat-ayatMu… kemudian buatlah aku beramal dengannya dan mengajarkan ilmu darinya… dari kalamMu, Wahai Yang Maha Tinggi.

Dekatkan aku dengan al-Quran; jangan Kau panggil aku dari tempat yang jauh. Perlihatkan, perdengarkan, dan biarkan hati ini, lisan ini, amal ini cenderung kepadanya. Jadikan ia bacaan yang membuatku candu dan tak bosan untuk terus mengulangnya. Perkenankanku mencintainya dari segala bacaan yang pernah kubaca apalagi dari sekedar tulisanku sendiri. Al-Quranku, al-QuranMu Rabbi, surat cinta dariMu untuk kami… ah, bisakah aku menjadi salah seorang di antara hafizhahnya (pemeliharanya)??

Di tengah keraguan itu pun jiwaku berbisik, “Maukah kamu menanggung dosa jika kembali melupakannya padahal hapalan itu sangat mudah terlepas?” Aku menggigil. Hatiku takut. Nyaliku ciut. Tidak berkumpul dalam satu dada cinta kepada al-Quran dan cinta kepada maksiyat, tidak mungkin berkumpul… tidak mungkin… Rabbi, berhakkah aku menjadi salah seorang hafizhah? Atau lebih baik aku mundur?

“Tidak! Kamu sudah tahu keutamaannya, tetapi kamu enggan maju menjadi hafizhah karena kamu mencintai maksiyat?” tanya sisi lain dalam jiwaku.

“Bukan mencintai maksiyat! Aku hanya takut tak bisa menjaganya… aku takut al-Quran menuntutku kelak di hadapanNya,” jerit sisi lemahku melawan.

“Di sisi lain kamu lupa bahwa al-Quran akan menjadi pembela orang-orang yang sibuk dengannya saat tak lagi ada yang bisa membela selain yang Allah kehendaki!”

Aku tergugu. Suara perang dalam diri yang dari tadi berkecamuk tiba-tiba mereda. Namun, tangisan yang sedari tadi ditahan tiba-tiba harus pecah. Siapakah yang bisa menjamin kita akan tetap mencintai al-Quran? Meskipun saat ini jujur hatiku sangat mencintainya, siapa yang bisa menjamin cinta ini akan tetap istiqomah bersarang di sana? Siapa?? ALLAH! Hanya Dia! Akhirnya kuputuskan untuk memantapkan hati menjadi seorang pecinta al-Quran. Hatiku hanya membisikkan doa agar cinta ini tetap kekal dan membawa kebaikan hingga ke surga, “Rabbi, tsabbit qalbi ‘ala diniK, tsabbit qalbi ‘ala tha’atiK, tsabbit qalbi ‘ala mahabbatiK…”

Jangan jadi pesimis, Jiwa, saat masih ada peluang untuk optimis dalam kasus apapun! Bahkan untuk kasus ukhrawi… Jangan lekas menyerah, karena itulah watak seorang mukmin… Ingatlah ga ada miftahun najah (kunci kesuksesan), melainkan pada tiga hal: ikhtiyar (terus berusaha optimal) + doa (agar tetap istiqomah) + tawakkal (menyerahkan urusan ini kepada Allah)

disarikan dari :
http://chie135.wordpress.com/2011/01/10/dilema-seorang-hafizhah/
Demi waktu, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih; saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran (Q.S. Al-'Ashr)
Ujian Pendadaranku  . . .


AlhamduLILLAh...alhamduLILLAH...alhamduLILLAH...tsumma alhamduLILLAH....

Teruntuk teman-teman, guru-guru dan saudara2ku...
Terimakasih atas doa dari lisan antunna yang saya tidak tahu siapa yg telah sudi mendoakan saya...alhamduLILLAH... barier gunung besar itu telah terlampaui....alhamduLILLAH...JazaakumuLLOHu khairan...yaa akhawatiy.........

Oya...perkenankan aku untuk menulis ...menceritakan suasana di ruang panas tadi ya ....(walaupun ber-AC hehe)

...di sebuah ruangan yg menegangkan itu waktu dosen masuk tiba2 jantungku berdegup kencang... aku heran..."aduh-aduh kok aku jadi begini rasanya...aduh..."kataku dalam hati.

Ternyata Prof. Dr. Ir. Sumadi, MS mengajak breafing dosen penguji, aku dimohon keluar dulu....aku tidak tahu apa yg dibicarakan di dalam,,,,

Tiba-tiba aku mendengar suara Prof.Dr.Ir.Sumadi MS, meninggi....
"Tidak bisa ini, bagaimana nanti kalau jadi MP...!" (MP=Magister Pertanian=gelar S2 untuk S2 di pertanian)!"
aduh... semakin jantungku gak karuan, aduh pasti Prof. Sumadi mengangkat ini karena aku asisten lab.pemuliaan yang ada kemungkinan besar buat nglanjutin (wah tapi kan Prof.Sumadi tidak tahu kalau aku tidak berminat untuk melanjutkan S2, aduh...aduh...aku tidak ingin  mendengar ini, lebih baik aku menjauh dari ruang-ruang ujian skripsi ini)


....di luar ternyata teman-temanku yang tadi menghantarkan aku sampai ke depan ruang ujian  masih disana,  aku jalan menuju arah kerumunan teman-temanku, aku tidak ingin mendengar apapun dari diskusi dosen-dosen pengujiku tadi...aku tidak ingin...memang bukan hakku, tapi aku tadi tidak mencuri dengar,  memang suara Prof.Sumadi terdengar meninggi....


Lama........
kemudian, aku dipanggil  oleh Ketua ujian. Dr.Adiarto mempersilakanku masuk, dan aku diminta untuk presentasi sekaligus diminta untuk menjelaskan kalau sebelumnya judul penelitianku hanya estimasi heritabilitas, kemudian pak hasyim memintaku juga menghitung nilai pemuliaan atau breeding value, kemudian ditengah bimbingan beliau sakit, dsb

Dr.Adiarto membuka ujian dan memanggil nama saya:

Silakan saudari Din Dahsyat,  Anda diminta mempertanggungjawabkan apa yang sudah anda tulis ....

Dug...mempertanggungjawabkan?...rasanya kata-kata itu begitu mengerikan ditelingaku....


Aku maju untuk presentasi, kuucapkan terimakasih kepada beliau bertiga dan kubacakan slide pertama yg merupakan hasil penelitianku "ESTIMASI HERITABILITAS PRODUKSI SUSU UNTUK MENENTUKAN NILAI PEMULIAAN PADA FRIESIAN HOLSTEIN EKS IMPOR NEW ZEALAND DI BBPTU SP  BATURRADEN."

kujelaskan sedikit perihal penelitianku yang semula hanya estimasi heritabilitas, pak Hasyim selaku dosen pembimbing utama telah mengoreksi hasil analisis dataku yaitu estimasi heritabilitas berdasarkan Halfsib correlation dan regresi induk-anak, namun beliau belum sempat mengoreksi tentang nilai pemuliaan karena sakit, dan pembimbingan dilanjutkan oleh dosen pembimbing pendamping yang berasal dari laboratorium  yang berbeda.


Mulailah aku berpresentasi, ditengah-tengah presentasi, ketika aku menjelaskan  sudah sampai tabel pembahasan analisis data dan standar deviasi, ...

tiba-tiba Prof.Sumadi memotong: "Itu SD(Standar Deviasi) atau SE(Standar Eror)??"

aku menjawab,"Standar deviasi Pak."
"OK lanjutkan...!" Kata beliau                                                                                                                                            Akhirnya Presentasi Selesai, sampailah pada rangkaian acara diskusi. Aku presentasi 15 menit dan diskusi hampir 2 jam.

untuk selanjutnya . . .Prof.Dr.Ir.Sumadi, MS mendadar habis-habisan my skripsi:

Bla...bla...bla...dan bla....Prof Sumadi benar2 ndadar habiz my penelitian...mulai dari bukunya Folley,Falconer, dan mengomentari kata-kataku

P=G+E+GE (Performance dipengaruhi oleh Genetik, Environment dan kadang-kadang interaksi antara Genetik dan Environment)...
"...Dan kadang-kadang, saya hanya meniru perkataan saudara tadi, dan kadang-kadang,,,apakah hanya kadang-kadang? rumusnya itu coba dilihat, apa tidak selalu interaksi G dan E itu terjadi,...)"...Kata Prof.Sumadi.

Bla...bla...bla....
sampai pada,"Kenapa digunakan heritabilitas dlm arti sempit?"
kujawab: "Karena heritabilitas hanya perbandingan variansi genetik aditif dengan variasi fenotip yang mana variansi dominan dan epistasis tidak tanggap atau tidak berpengaruh..."

dilanjut oleh Prof.Sumadi: "Kenapa tidak berpengaruh atau tidak tanggap....?"

Deg...aku tidak tau aku tidak bisa jawab


"saya belum tahu Pak" Jawabku...
"Lha gimana? katanya kamu itu mau jadi ahli genetika, ....bla...bla...bla..".Kata beliau ...dan aku menjadi sangat ciut di depan Prof.Sumadi

Lalu beliau sendiri menjelaskan...:-) hehe...begini :"Variansi dominan dan epistasis itu tidak tanggap karena pada waktu meiosis pembelahan sel kelamin dominan dan epistasis pecah sehingga saat terjadi hanya n bukan 2 n. n dengan n ketemu terjadi maturasi sehingga terjadi interaksi antara aditif dengan aditif dan terjadilah epistasis...bla...bla...bla..."....awal penjelasan beliau aku dong...lanjutannya kabur...


Kemudian Prof.Sumadi bertanya lagi:"Buat apa digunakan FK?"                           Aku menjawab: "Agar standar, Pak..."

Beliau menjawab: untuk menghilangkan variansi anatar individu..."
pyufff lumayan slamet...

Lnjut...."Apa beda Standar Deviasi dan kenapa menggunakan SE?"

Kujawab:" Standar Deviasi untuk menghitung populasi
Standar Eror untuk menghitung Sampel..."

Bliau jawab:"Tidak selalu...! Digunakan SD karena masih terpengaruh banyaknya n sedangkan SE tidak terpengaruh oleh n "

Lalu..."Apa artinya plus minus SD...?"
ta' jawab :" Bernilai dari sekian sampai sekian"

Bliau jawab: "ya itu benar kalau itu plus 1 SD 68% kalau 2 SD 98% bagaimana?"

Duar...bliau bilang apa saya tidak tahu

Prof.Sumadi bertanya lagi sampai pembahasan point terakhir: Dimana kamu temui ada rumus NP sama dengan h kuadrat dikali (p dikurangi p bar)?"

Kujawab: "Dibukunya Wartomo, Hardjosubroto"

Beliau bilang: "Halaman berapa ada itu tunjukkan pada saya!"

Gludak aku nggak bawa buku apapun...

Prof.Sumadi membawa buku dan saya diminta mengambilnya...kubuka-buka belum ketemu juga (wajar kan...dalam kondisi gugup dan tegang diminta menunjukkan halaman berapa aku pernah membaca rumus seperti itu, padahal literaturnya kan banyak ya??? so untuk lebih aman sebaiknya besok-besok kalau cari daftar pustaka dicatet sekalian di daftar pustaka hal....)
Karena belum ketemu juga, akhirnya aku buka2 sambil menjelaskan apa yg pernah saya baca disitu bahwa dalam prakteknya tidak ditambahkan p bar sehingga diketahui NP positif dan negatif untuk memudahkan seleksi

Beliau berkata: "Apa ada yg rumusnya seperti itu!"

Kujawab: "Memang tidak ada pak, tapi saya membaca dan merumuskan dari penjelasannya sendiri."

Beliau bilang: "terus rumus kamu itu berarti salah atau benar???"

Aku tidak menjawab karena aku tidak mau menyalahkannya...pikiran kolerisku tetap bilang aku benar

Beliau bilang: "Coba dibaca lagi hal 174 tentang bla...bla...bla..., akhirnya  beliau kamu baca tapi kamu nggak tepat."

aku tetap tidak mau mengatakan bahwa aku salah,..la memang aku tidak salah...


kemudian Dr.Adiarto menyelamatkanku....:"Prof.Madi, saya kira waktu untuk profesior sudah cukup, waktunya sudah melebihi..."                                            kemudian gantii Ir.Bugi Rustamadji, M.Sc dari Sari Husada bo...! huhuhu lumayan (tentang Pak Bugi aku tidak perlu cerita ya,,,sukses alhamduLILLAH)


Pada akhirnya... kalau tentang nilai pemuliaan tadi Prof.Sumadi masih belum bisa menerima, beliau bilang aku salah....kalau masih mau mempertahankan NP hitung ulang dg rumus yg ada di literatur . yang artinya bahwa aku harus diuji ulang.Pada akhirnya....
Dr.Adiarto mengetenggahi:
"Dian saya rasa ini pengalaman yg bagus untuk kamu dan kalau kamu masih mau mempertahankan judul heritabilitas dilanjut ke NP berarti kamu perlu diuji ulang...kamu masih punya waktu yang panjang." -sampai wisuda maksudnya masih 4 bln-(Waks...kaget mati aku....ternyata ini tadi yg dipermasalahkan diawal breafing oleh prof madi sebelum aku presentasi)

Tapi, prof Madi melanjutkan pembicaraan tentang heritabilitas: "Nah, sekarang kamu penginnya yang mana? heritabilitas sampai NP untuk tetap memperahankan judul ini?"
Saya jawab: "Saya mencukupkan sampai estimasi heritabilitas saja Pak....."

Prof.Madi melanjutkan: "Kalau hanya heritabilitas,  jabarkan kekuatan heritabilitas di revisinya dengan kekuatan halfsib dan regresinya, Dan... HAPUS RUMUS NP YG KAMU BUAT ITU....!"(Hmmmmm, padahal aku merasa rumusku benar)



Dr.Adiarto melanjutkan: "Din...ini sebenarnya menarik untuk menambah wawasan kamu, kamu asisten...ini sebuah tantangan untuk melanjutkan kamu menghitung NP..."

akhirnya ...judulku direvisi  dihapus nilai pemuliaannya menjadi:

"ESTIMASI HERITABILITAS PRODUKSI SUSU PADA FRIESIAN HOLSTEIN EKS IMPOR NEW ZEALAND DI BBPTU SP, BATURADEN."


Ir.Bugi melanjutkan: "The Last comment, Knp kamu tidak melanjutkan ke NP, kamu kan asisten?" (Padahal dalam jiwa kolerisku, apa mauku kupertahankan, apalagi pak bugi bilang"tantangan" melanjutkan NP, jiwa koleris yg suka tantangan dan tak mau diremehkan. tapi aku ingat ... bahwa...diriku ada cinta yg lain....sehingga aku berusaha mengalahkan jiwa kolerisku untuk mengakui sedikit plegmatis(padahal tak sedikitkun aku pleghma) hehe)

Kujawab: "Hehe karena saya punya planing yang lain pak..."

Pak Bugi berkata: "Mau nikah ya...?"

Duer kugerak-gerakkankan tanganku tanda tidak: "Enggak Pak enggak.."

Beliau lanjut: "Mau nikah to????keliatan"
                                                                                                                                 "Aaamiiin..."Jawabku

Beliau bilang : "ooo...beneran to"
Kujawab: "Eh...enggak..enggak Pak"

Beliau masih ngeyel: "O...enggak ini jujur aja gpp, mau nikah to habis ini?"
Kujawab: "Enggak Pak."

Akhirnya beliau menyerah : "O ya sudah."


Dr.Adiarto memintaku keluar sebentar...mereka briefing....
tidak begitu lama kemudian aku dipersilakan masuk ruang sidang kembali....
Akhirnya.....Pak adiarto menutup: "Sudah diputuskan... dan walaupun dian sudah mencukupkan dengan estimasi heritabilitas saja tapi saya berharap tetap dihitung ya,,,,dan revisi segera dikerjakan...karena mungkin pak hasyim sakit, kemudian kamu mencoba membuat formula sendiri (yang dalam pandangan Prof.Sumadi belum benar) tapi ini adalah suatu pengalaman berharga untuk kamu..."

Dan kami menyatakan bahwa: "Saudari Din Dahsyat Tidak Perlu diuji ulang...."


AlhamduLILLAH...


Ir Bugi R, mau memberiku selamat lewat tanggannya:
"Selamat ya, gimana salamannya? Gini (salaman 1 tangan kanann atau gimana?) "
Kujawab: "Begini Pak" *( Aku menelungkupkan tanganku)

Dr.Adiarto memberikan support: "Dian, i puas dengan ujian ini, dan i puas dengan u, i puas membimbing u." (wuah...alhamduLILLAH....surprise buanget)....
Akhirnya kuucapkan terimakasih...terimakasih,....sebelum beliau2 pergii


AlhamduLILLAH...AlhamduLILLAH...AlhamduLILLAh...tsumma alhamduLILLAH....aku merasa kekuatan doa yg mana lisan2 telah mendoakanku dan hanya pertolongan ALLOH-lah aku yg hampir2 mendapat tantangan


18 shafar, 25 Januari 2011
Masih segar bumi jogja diguyur hujan....
subhanALLOH...Lega Luar biasa...sujud syukurku siang ini begitu terasa...........Terimakasih ya ALLOH
Ya ALLAH . . .berilah aku sebuah hati yang sungguh mencintai-MU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-MU, bukan mencintainya sekedar cintaku . . .