Rabu, 19 Maret 2014

Mengapa Qur'an dihafal . . .


Mengapa Qur’an Dihafal ?


Di antara kekhususan Al-Qur’an adalah bahwasanya Allah sendiri yang akan menjamin pemeliharaannya, sebagaimana yang Allah tegaskan di dalam surat Al-Hijr ayat 9, yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” Di antara sarana pemeliharaannya adalah senantiasa ada orang yang menghafalnya, generasi demi generasi.
Tidak ada satu kitabpun di dunia ini, yang dihafal ribuan dan bahkan jutaan manusia di luar kepala, selain dari Al-Qur’an yang telah di jadikan Allah mudah untuk diingat dan di hafal. Maka tidak heran jika kita melihat laki-laki dan perempuan (dari kalangan orang-orang arab) yang menghafal Al-Qur’an di luar kepala, begitu pula anak-anak, Tak satu hurufpun yang lolos dari ingatan dan hafalan mereka. Bagitu pula yang dilakukan orang-orang selain arab. Mereka menghafal Al-Qur’an karena untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, meskipun dia tidak paham apa yang di baca dan di hafalnya.
Apa sih keutamaan menghafal al-qur’an itu?
Banyak hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menganjurkan untuk menghafal Al-Qur’an, agar diri orang muslim tidak lepas dari kitab Allah, seperti yang di sebutkan dalam hadits yang di riwayatkan oleh Ibnu Abbas secara marfu’:
إن الذي ليس في جوفه شيء من القرأن كالبيت الخرب
“Sesungguhnya orang yang di dalam dirinya tidak ada sedikitpun dari al-qur’an, maka ia seperti rumah yang roboh.” (diriwayatkan At-Tirmidzy).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam menghormati orang-orang yang menghafal Al-Qur’an dan mengajarkannya, menempatkan mereka pada kedudukan tersendiri dan melebihkan mereka dari pada yang lainnya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa salam mengirim beberapa orang utusan yang jumlahnya cukup banyak. Lalu beliau mengecek mereka satu persatu, tentang hafalan al-qur’annya. Beliau tiba pada salah seorang diantara mereka yang paling muda usianya. 
Beliau bertanya, “Apa yang engkau hafal wahai fulan?”
Orang itu menjawab, “Aku hafal ini dan itu serta surat Al-Baqarah.”
Beliau bertanya, “Apakah engkau hafal surat Al-Baqarah?”
“Benar”, jawabnya.
Beliau bersabda, “pergilah dan engkau adalah pemimpin rombongan.”

Seseorang yang lebih terpandang di antara mereka berkata, “Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk menghafal surat Al-Baqarah melainkan karena aku takut tidak mampu melaksanakan isinya.”
Lalu beliau bersabda, “pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah ia. Sesungguhnya perumpamaan Al-Qur’an bagi orang yang mempelajarinya lalu dia membacakannya, seperti kantong kulit yang di isi minyak kesturi, yang aromanya menyebar ke segala penjuru. Siapa yang mempelajarinya lalu dia tidur, seperti kantong kulit yang di ikatkan kepada minyak kesturi.”
Jika demikian ini perlakuan beliau terhadap seseorang ketika masih hidup, maka setelah meninggal, jasadnya di dahulukan pengurusannya oleh beliau, seperti perlakuan terhadap para syuhada’ perang uhud.
Beliau biasa megutus para Qori’ di antara para sahabat, untuk mengajarkan kewajiban-kewajiban islam dan adab-adabnya, karena mereka hafal kitab Allah dan lebih mampu melaksanakan tugas ini. Diantara mereka itu adalah tujuh puluh orang yang mati syahid di perang Bi’r Ma’unah yang terkenal dalam tarikh, karena pengkhianatan orang-orang musyrik.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa salam bersabda,
“Orang yang membaca Al-Qur’an datang pada hari kiamat, lalu Al-Qur’an berkata, ‘ya rabbi berilah dia pakaian’. Maka dia diberi mahkota kemulyaan. Kemudian Al-Qur’an berkata lagi, ‘ya rabbi tambahilah’. Maka dia diberi pakaian kemulyaan. Kemudian Al-Qur’an berkata lagi, ‘ya rabbi ridhailah dia’. Maka Allah ridha padanya. Lalu dikatakan kepadanya, ‘bacalah dan tingkatkanlah’. Dan dia ditambahi satu kebaikan dari setiap ayat.” (Di riwayatkan At-Tirmidzy)
Pahala Allah di akhirat tidak hanya di berikan kepada orang yang membaca Al-Qur’an semata, tetapi cahayanya juga merambah kepada kedua orang tuanya, sehingga keduanya mendapatkan barakah dari imbasnya.
Dari Buraidah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, “Rasululah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “siapa yang membaca Al-Qur’an, mempelajarinya dan mengamalkan isinya, maka pada hari kiamat dia diberi mahkota dari cahaya, yang sinarnya seperti sinar matahari, dan kedua orang tuanya di beri dua lembar pakaian yang tidak mampu di kenakan di dunia. Kedua orang tuanya itu bertanya, ‘mengapa kami di beri pakaian ini?’ ada yang menjawab, ‘karena anakmu yang membaca Al-Qur’an’.” (di riwayatkan Al-Hakim)
Kedua orang tua menerima kehormatan dari Allah ini, karena keduanya mempunyai andil dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk membaca Al-Qur’an semenjak kecil. Yang demikian merupakan anjuran bagi orang tua untuk membimbing anak-anaknya agar menghafal Al-Qur’an selagi masih kecil.
Ibnu Mas’ud berkata, “sesungguhnya rumah yang paling kosong dari barakah adalah rumah yang di dalamnya tidak di bacakan sedikitpun dari Al-Qur’an.”
Al-Mundziry menyebutkan di dalam At-Targhib wat-Tarhib dengan lafazh, “rumah yang paling kecil”. Artinya, rumah yang paling hina dan rendah nilainya.
Masih adakah alasan untuk tidak mengajarkan Al-Qur’an kapada anak-anak kita sejak kecil? Mudah-mudahan Allah menjadikan kita dan anak keturunan kita sebagai pembawa panji-panji islam…… amiin yaa mujibas sailiin.

Tidak ada komentar:

Ya ALLAH . . .berilah aku sebuah hati yang sungguh mencintai-MU, sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-MU, bukan mencintainya sekedar cintaku . . .